Pernahkah Anda merasa lelah luar biasa meski hanya duduk seharian menatap layar? Di era digital ini, mata kita adalah gerbang utama yang tak henti-hentinya diserbu oleh stimulus. Generasi Z dan Milenial mengalami fenomena kelelahan visual yang berujung pada kelelahan mental atau mental fatigue. Kita dibombardir oleh ribuan gambar, teks, dan warna yang berebut atensi di media sosial, pekerjaan, hingga hiburan. Akibatnya, kapasitas otak untuk memproses informasi menurun drastis, menyebabkan kita mudah tersinggung, sulit fokus, dan kehilangan motivasi jangka panjang. Kita merasa "rusak" sebelum hari benar-benar berakhir, seolah durabilitas atau daya tahan kita sebagai manusia semakin menipis di tengah gempuran estetika dunia maya yang menuntut kesempurnaan.
Dalam konteks menjaga kewarasan ini, kita bisa membedah konsep "Ergonomi Visual" yang terdapat dalam desain Mahjong Ways 2. Jika kita melepaskan fungsinya sebagai permainan dan melihatnya sebagai sebuah studi desain pengalaman (User Experience), kita menemukan bahwa kenyamanan tampilan berbanding lurus dengan seberapa lama seseorang bisa bertahan di dalamnya. Ini adalah metafora yang brilian untuk kehidupan kita. Bagaimana kita menata "tampilan" hidup kita—apa yang kita lihat, siapa yang kita ikuti, dan bagaimana kita mempersepsikan lingkungan—akan menentukan seberapa tangguh kita bertahan menghadapi maraton kehidupan yang panjang dan penuh tekanan.
Ergonomi visual berbicara tentang kenyamanan mata dan kemudahan otak dalam memproses pola. Dalam permainan, jika terlalu banyak elemen yang berkedip tanpa harmoni, pemain akan cepat pusing dan berhenti. Dalam hidup, "tampilan" yang berantakan adalah metafora dari gaya hidup yang tidak terkurasi. Kita membiarkan feed media sosial kita penuh dengan konten yang memicu insecurity, meja kerja kita berantakan, dan pikiran kita penuh dengan tab browser yang terbuka. Kekacauan visual ini memakan energi mental secara diam-diam (background noise), mengurangi durabilitas kita secara signifikan.
Strategi hidup yang ergonomis menuntut kita untuk menjadi kurator bagi mata kita sendiri. Kita perlu menyederhanakan antarmuka kehidupan kita. Buang hal-hal yang tidak esensial, unfollow akun yang meracuni pikiran, dan ciptakan ruang fisik serta mental yang "bersih". Ketika ruang pandang kita jernih, otak tidak perlu bekerja keras untuk memfilter gangguan. Energi yang tadinya terbuang untuk memproses kekacauan kini bisa dialihkan untuk hal-hal produktif, seperti membaca peluang atau merancang masa depan.
Durabilitas mental kita sangat bergantung pada kejernihan ini. Semakin sederhana dan terorganisir pola yang kita lihat sehari-hari, semakin lama kita bisa mempertahankan fokus dan semangat. Hidup yang minimalis secara visual sering kali menghasilkan kehidupan yang maksimal secara kualitas.
Aspek lain dari ergonomi adalah penggunaan warna dan kontras. Mahjong Ways 2 menggunakan palet warna tertentu yang dirancang untuk menjaga mood tetap stabil namun waspada. Dalam kehidupan nyata, ini melambangkan "filter" emosi yang kita gunakan untuk melihat dunia. Apakah kita melihat hari Senin dengan filter abu-abu yang suram, atau dengan warna emas yang penuh harapan? Cara kita mewarnai persepsi sangat mempengaruhi stamina batin kita.
Jika kita terus-menerus memandang dunia dengan sinisme (kontras yang tajam dan gelap), kita akan cepat lelah. Sinisme adalah beban berat bagi kognitif. Sebaliknya, mengadopsi perspektif yang lebih lembut dan optimis—seperti melihat sisi baik di balik kesulitan—adalah bentuk efisiensi energi. Ini bukan tentang penyangkalan atau toxic positivity, melainkan tentang memilih fokus yang memberdayakan. Kita memilih untuk menyoroti "simbol emas" (hal positif) di tengah tumpukan masalah, sehingga motivasi kita tetap terjaga.
Adaptasi terhadap lingkungan yang keras membutuhkan pengaturan kontras ini. Kita perlu belajar mengatur intensitas reaksi kita. Tidak semua hal harus direspon dengan kemarahan merah menyala. Terkadang, respon biru yang tenang jauh lebih efektif untuk menjaga durabilitas hubungan dan kesehatan mental kita dalam jangka panjang.
Tujuan akhir dari ergonomi yang baik adalah keberlanjutan. Desain yang baik membiarkan penggunanya bertahan lama tanpa cedera. Begitu pula dengan desain hidup. Kita sering kali terjebak dalam ritme sprint—bekerja gila-gilaan, lalu tumbang (crash). Padahal, hidup adalah permainan durabilitas. Kemenangan sejati bukan milik mereka yang paling cepat, tapi mereka yang paling lama bertahan di arena tanpa kehilangan jati dirinya.
Menerapkan ergonomi visual dalam hidup berarti kita sadar akan batas kemampuan diri. Kita tahu kapan mata dan pikiran mulai lelah, dan kita menghormati sinyal itu dengan beristirahat, bukan memaksanya. Kita membangun ritme hidup yang mengalir, bukan yang patah-patah. Keseimbangan antara bekerja dan jeda, antara menatap layar dan menatap langit, adalah kunci untuk memperpanjang "masa pakai" semangat kita.
Pada akhirnya, Mahjong Ways 2 mengajarkan kita bahwa kenyamanan bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan strategis. Jika Anda ingin memenangkan permainan kehidupan yang panjang dan penuh ketidakpastian ini, mulailah dengan memperbaiki cara Anda memandang dunia. Ciptakan lingkungan yang ramah bagi jiwa Anda, dan saksikan bagaimana durabilitas Anda meningkat pesat, memungkinkan Anda untuk melangkah lebih jauh dari yang pernah Anda bayangkan.