Pernahkah Anda merasa ingin menekan tombol "keluar" dari kehidupan Anda sendiri karena antarmuka hari-hari Anda terasa terlalu rumit? Kita hidup di zaman di mana kompleksitas dianggap sebagai tanda kecerdasan dan kesibukan dianggap sebagai tolok ukur kesuksesan. Generasi Z dan Milenial bangun setiap pagi dengan beban kognitif yang berat; notifikasi yang menumpuk, tuntutan pekerjaan yang multitasking, hingga drama sosial yang tidak berkesudahan. Otak kita dipaksa memproses ribuan data per detik, menciptakan kelelahan mental yang kronis atau decision fatigue. Kita merasa lelah bukan karena kita melakukan pekerjaan fisik yang berat, melainkan karena navigasi hidup kita penuh dengan fitur-fitur yang tidak perlu, membuat kita kehilangan arah dan motivasi untuk melanjutkan permainan kehidupan ini.
Dalam konteks desain pengalaman atau User Experience (UX), ada pelajaran berharga yang bisa kita bedah dari fenomena Mahjong Ways. Mari kita lihat ini bukan sebagai aplikasi hiburan, melainkan sebagai sebuah studi kasus tentang kekuatan "Simplicity" atau kesederhanaan. Mengapa sesuatu yang sederhana justru mampu membuat orang bertahan lama (retensi)? Jawabannya terletak pada kemudahan interaksi dan kejelasan tujuan. Filosofi ini sangat relevan untuk diterapkan dalam strategi hidup kita. Untuk bisa bertahan waras dan bahagia dalam jangka panjang (retensi kehidupan), kita mungkin tidak perlu menambah lebih banyak hal, melainkan justru perlu menyederhanakan "tampilan" dan mekanisme hidup kita.
Prinsip dasar dari simplicity adalah eliminasi. Dalam desain yang baik, elemen yang tidak mendukung fungsi utama akan dibuang. Sayangnya, dalam hidup, kita sering melakukan sebaliknya. Kita menimbun tanggung jawab, mengoleksi hobi yang tidak kita nikmati hanya karena tren, atau mempertahankan hubungan yang menguras energi. Kita takut dibilang membosankan jika hidup kita terlihat sederhana. Padahal, kerumitan yang berlebihan inilah yang membunuh momentum kita. Kita menjadi lamban beradaptasi karena beban bawaan kita terlalu berat.
Belajar dari filosofi UX yang sederhana, kita perlu mulai mengaudit elemen-elemen dalam keseharian kita. Apakah aktivitas ini mendekatkan saya pada tujuan, atau hanya gangguan visual? Apakah kekhawatiran ini nyata, atau hanya bug dalam pikiran saya? Dengan berani mengeliminasi hal-hal non-esensial, kita menciptakan ruang napas. Kesederhanaan memberikan kita fokus. Ketika gangguan minim, kita bisa melihat pola peluang dengan lebih jernih, sama seperti pemain yang bisa melihat kombinasi simbol dengan jelas pada layar yang bersih.
Ingatlah bahwa menjadi minimalis dalam berpikir bukan berarti menjadi dangkal. Justru, di dalam kesederhanaan itulah terdapat kedalaman. Kita bisa mencurahkan seluruh energi kita pada satu atau dua hal yang benar-benar bermakna, daripada membagi-baginya ke dalam sepuluh hal yang dangkal dan melelahkan.
Dalam dunia digital, retensi pemain atau seberapa sering seseorang kembali berinteraksi, sangat ditentukan oleh kenyamanan. Jika sebuah sistem membuat frustrasi, pengguna akan pergi. Terapkan ini pada diri Anda sendiri. Jika rutinitas hidup Anda membuat Anda stres, cemas, dan sakit fisik setiap hari, maka "retensi" semangat hidup Anda akan anjlok. Anda akan mengalami burnout dan ingin berhenti. Banyak anak muda yang "keluar" dari ambisi mereka bukan karena tidak mampu, tapi karena sistem yang mereka bangun untuk diri sendiri terlalu menyiksa.
Strategi hidup yang berkelanjutan haruslah "user-friendly" bagi diri Anda sendiri. Ciptakan ritme yang manusiawi. Jangan merancang jadwal harian yang hanya bisa dilakukan oleh robot. Berikan jeda, berikan ruang untuk kesalahan, dan berikan apresiasi pada diri sendiri. Ketika Anda merasa nyaman dengan cara Anda menjalani hari, otomatis konsistensi akan terbentuk. Anda akan "kembali" menghadapi tantangan esok hari bukan karena terpaksa, tapi karena Anda menikmati prosesnya.
Kenyamanan ini bukan berarti kita menghindari tantangan sulit. Ini berarti kita merancang lingkungan dan pola pikir yang mendukung kita untuk menghadapi kesulitan tersebut tanpa merusak diri sendiri. Kita menjaga agar api semangat tetap menyala dengan tidak menyiramnya dengan minyak kompleksitas yang berlebihan.
Pelajaran terakhir dari metafora Mahjong Ways adalah tentang fokus pada esensi. Dalam permainan, yang dicari adalah kecocokan pola inti, bukan hiasan latar belakang yang meriah. Dalam era media sosial, kita sering terbalik; kita lebih peduli pada dekorasi hidup (pencitraan, status, validasi) daripada esensi hidup itu sendiri (kebahagiaan, kedamaian, kesehatan). Kita menghabiskan energi untuk memoles bagian luar, sementara mesin di dalamnya rusak.
Kembali pada simplicity berarti kembali bertanya: "Apa yang sebenarnya saya cari?" Jika jawabannya adalah ketenangan, maka kejarlah itu dengan cara yang langsung dan sederhana, tidak perlu melalui rute validasi orang lain yang berbelit-belit. Ketidakpastian masa depan akan selalu ada, namun jika kita memegang teguh prinsip kesederhanaan, kita akan lebih mudah beradaptasi. Kita tidak takut kehilangan "dekorasi" karena kita tahu nilai kita ada pada substansi.
Pada akhirnya, hidup adalah pengalaman pengguna yang kita jalani sendiri. Jadilah desainer yang bijak bagi hidup Anda. Sederhanakan antarmuka batin Anda, buang fitur-fitur kecemasan yang tidak perlu, dan fokuslah pada pola-pola kebaikan yang esensial. Dengan begitu, Anda tidak hanya akan bertahan lama dalam permainan kehidupan ini, tetapi juga menikmatinya dengan kualitas rasa yang terbaik.